Masyarakat cukup dibuat khawatir dengan berita Kumbang tomcat Paederus fuscipes yang terjadi di Jawa Timur. Dikutip dari kompas.com, data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, jumlah pasien yang menderita luka akibat kontak dengan serangga Tomcat hingga Senin (19/3/2012) mencapai 48 orang. Setelah diperiksa ke website www.penyakitmenular.info didapatkan informasi mengenai Kumbang Tomcat ini pernah juga terjadi di Tulungagung tahun 2008, di areal perumahan yang di kelilingi oleh kebun tebu, penderita sebanyak 260 orang, kemudian terjadi lagi pada tahun yang sama di Tulungagung di Kecamatan Besuki di daerah pedesaan, dengan habitat sekitarnya adalah terdapat tanaman padi dan jagung, penderita sebanyak 60 orang dengan gejala berupa gatal-gatal yang didahului oleh gejala panas/iritasi, bintik-bintik, gatal, berair dan menimbulkan bekas hitam pada kulit. Pada tahun 2009 di Kota Gresik terdapat di Rumah Susun terdapat penderita gatal sekitar 50 orang,kemudian terjadi lagi di Surabaya di Kenjeran pada tahun 2010 penderita sekitar 20 orang. Tanggal 13 Maret 2012, dinfokan telah ada seorang penghuni Apartemen Eastcoast Pakuwon City mengalami gatal-gatal, luka dibagian wajahnya, tubuh, lengan dan terasa panas yang ditimbulkan oleh cairan beracun serangga Tomcat. Sabtu tanggal 17 Maret 2011, serangga Tomcat diketahui juga menyerang kawasan sekolah di Kenjeran dan beberapa lokasi di Wonorejo Surabaya, termasuk pangkalan taksi kota.
Apakah serangan Kumbang Tomcat akan menjadi suatu KLB? Sepertinya Dinkes Jawa Timur belum menetapkan karena tim masih melakukan identifikasi dan mencari angka penderita di lapangan. Informasi mengenai Kumbang Tomcat dari Dinkes Jawa Timur bisa didownload disini atau di website resmi Dinkes Jawa Timur.
Dari Detik.com. Dr Tri Yunis Miko, W, MSc selaku dosen epidemiologi di FKM UI menuturkan setiap serangga memang memiliki peran dalam penularan penyakit termasuk dengan tomcat. Serangga ini memiliki racun yang bisa menimbulkan reaksi di kulit.Dr Tri menuturkan secara kesehatan cara pencegahannya adalah dengan melakukan penyemprotan insektisida untuk mematikan serangga serta menghindari kontak langsung dengan serangga. Pestisida yang disemprotkan ini adalah nabati yang biasanya mengandung laos, daun mimba dan sereh yang bertujuan untuk mematikan serangga Tomcat yang sudah meresahkan warga. Selain itu hal lain yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan adalah melalui perilaku masyarakat misalnya dengan menutup pintu serta jendela sebelum menyalakan lampu rumah, karena tomcat termasuk jenis serangga yang mengikuti cahaya lampu.
Kenapa serangan Tomcat semakin hebat dari tahun ke tahun? Aktivis lingkungan kota Surabaya, Wawan Some, Selasa (20/3/2012) menjelaskan, awalnya penyebaran tomcat diduga karena burung sebagai pemangsa utama hilang, namun dari banyak referensi yang ada, ternyata pemangsa utama tomcat adalah tokek. Analisa lain, maraknya pembukaan hutan mangrove di sisi Pantai Timur Surabaya, atau semakin menipisnya lahan semak belukar yang dipakai untuk lahan perumahan, memaksa serangga ini bermigrasi mencari habitat baru. ''Indikasi paling mudah untuk menganalisa fenomena serangan tomcat itu adalah, jika populasi di alam tinggi, maka pemangsanya yang hilang, namun jika populasinya rendah, maka habitatnya yang hilang,'' kata aktivis Komunitas Nol Sampah ini. Serangan tomcat maupun ulat bulu, kata dia, membuktikan hilangnya keseimbangan ekosistem yang penyebab utamanya dipastikan oleh ulah manusia. ''Semua mahkluk di bumi ini memiliki fungsi penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem, ini yang harus dipahami oleh semua orang,'' ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar